Pendidikan dengan islam
Pengertian pendidikan menurut
istilah adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan
oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak mempunyai
sifat-sifat dan tabi’at sesuai cita-cita pendidikan.
Sedangkan agama menurut
Ensiklopedia Indonesia diuraikan sebagai berikut: “Agama (umum), manusia
mengakui dalam agama adanya yang suci: manusia itu insaf, bahwa ada sesuatu
kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Sehingga dengan
demikian manusia mengikuti norma-norma yang ada dalam agama, baik tata aturan
kehidupan maupun tata aturan agama itu sendiri. Sehingga dengan adanya agama
kehidupan manusia menjadi teratur, tentram dan bermakna. Sedangkan agama
(wahyu) adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasulNya,
kepada kitab-kitabNya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.
Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa” pendidikan
agama” adalah suatu usaha yang ditunjukkan kepada anak didik yang sedang
tumbuh agar mereka mampu menimbulkan sikap dan budi pekerti yang baik serta
dapat memelihara perkembangan jasmani dan rohani secara seimbang dimasa
sekarang dan mendatang sesuai dengan aturan agama.
Akhlak, Moral dan Etika Pendidikan
Bila berbicara mengenai moral, maka tidak akan terlepas dari tingkah laku
manusia, dan bila berbicara tentang tingkah laku, maka erat hubungannya dengan
bagaimana pendidikan yang telah didapatkan oleh seorang anak di rumah atau di
sekolah. Oleh karena itu usaha yang harus ditempuh untuk menjadikan anak
sebagai manusia yang baik dalam lingkungan pendidikan adalah penyampaian
pendidikan moral (akhlak), karena akhlak merupakan pencerminan tingkah laku
manusia dalam kehidupannya. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan ketiga term di
atas, yaitu: Akhlak, moral dan etika.
Secara etimologi kata akhlak adalah bentuk jama dari kata “khuluk”, yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, sedangkan menurut
Ahmad Amin akhlak itu adalah kebiasaan kehendak. Secara terminologi akhlak itu
berarti “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah serta tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Ada pula yang mengartikan akhlak dengan “Keadaan gerak jiwa yang mendorong ke
arah melakukan perbuatan tanpa berfikir dan melalui pertimbangan lebih dahulu”.
Dari dua pengertian di atas tampak bahwa tidak ada yang bertentangan,
melainkan memiliki kemiripan antara keduanya. Dalam masyarakat barat kata
“akhlak” sering diidentikkan dengan “etika”, walaupun pengidentikan ini tidak
sepenuhnya benar, maka mereka yang mengidentikkan akhlak dengan etika
mengatakan bahwa “etika” adalah penyelidikan tentang sifat dan tingkah laku
lahiriah manusia. Sedangkan akhlak menurut M. Quraish Shihab lebih luas
maknanya dari etika serta mencakup beberapa hal yang tidak merupakan sifat
lahiriyah, misalnya yang berkaitan dengan sikap bathin maupun pikiran.
Terlepas dari semua pengertian di atas, kata akhlak dalam penggunaannya
sering disamakan dengan kata “moral” dan “etika”. Istilah moral yang kita kenal
berasal dari Bahasa Latin, yaitu “mores” yang berarti adat kebiasaan, sedangkan
etika berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “ethos”, yang berarti kebiasaan. Dalam
kehidupan sehari-hari moral lebih dikenal dengan arti susila. Moral mengandung
arti praktis, ia merupakan ide-ide universal tentang tindakan seseorang yang
baik dan wajar dalam masyarakat. Pada dasarnya akhlak, etika dan moral memiliki
arti yang sama, ketiganya sama-sama berbicara tentang baik dan buruk perbuatan
manusia.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Akhlak (etika atau moral)
adalah budi pekerti, sikap mental atau budi perangai yang tergambar dalam
bentuk tingkah laku berbicara, berpikir dan sebagainya yang merupakan ekspresi
jiwa seseorang, yang akan melahirkan perbuatan baik –menurut akal dan syari’at–
atau perbuatan buruk.
Hubungan pendidikan dengan peserta didik
Peserta didik adalah orang yang mendapatkan pendidikan dan pengetahuan.
Peserta didik adalah hal yang paling penting dalam dunia pendidikan, karena
tanpa adanya peserta didik, pendidikan tidak akan berlangsung. Lalu apakah
benar anak dapat di didik? Untuk menjawab pertanyaan ini para ahli berbeda
pandangan.
Aliran Nativisme, mempunyai pandangan bahwa anak mempunyai pembawaan yang
kuat sejak dilahirkan, baik buruknya anak sangat tergantung pada pembawaan yang
ada padanya, bukan dari pendidikan. Berbeda halnya dengan aliran empirisme yang
mempunyai pandangan bahwa perkembangan jiwa anak sangat ditentukan oleh
pendidikan atau dengan kata lain baik buruknya anak sangat tergantung pada
pendidikan yang diterimanya.
Oleh karena kedua aliran ini terasa kurang memuaskan dalam hal pemberian
pendidikan pada anak, maka yang menamakan dirinya aliran convergensi menepis
kedua pendapat di atas, dengan mengatakan bahwa perkembangan jiwa anak sangat
tergantung pada pembawaan dan pendidikan yang diterimanya. Hal ini sejalan
dengan apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa “Tidaklah anak yang
dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada
Allah SWT), kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi,
Nasrani ataupun Majusi (HR. Muslim)”.
Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa pada dasarnya anak itu telah
membawa fitrah beragama, dan kemudian tergantung kepada pendidikan selanjutnya.
Kalau mereka mendapatkan pendidikan agama dengan baik, maka mereka akan menjadi
oranng yang taat beragama. Tetapi sebaliknya, bilamana benih agama yang telah
dibawa tidak dipupuk dan dibina dengan baik, maka anak akan menjadi orang yang
tidak beragama ataupun jauh dari agama.
Hubungan Pendidikan dengan Islam
Pendidikan Islam yang merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram dan
sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang :
(1) memiliki kepribadian Islam,
(2) menguasai tsaqofah Islam,
(3) menguasai ilmu pengetahuan (iptek) dan
(4) memiliki ketrampilan yang
memadai.
Seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa tujuan
pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara lahiriyah dan
bathiniyah. Secara lahiriyah pendidikan menjadikan manusia bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain, serta dapat menentukan arah hidupnya ke depan.
Sedangkan secara bathiniyah pendidikan diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa
berbudi, tahu tata krama, sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya
baik personal maupun kolektif. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan akan membawa
perubahan pada setiap orang sesuai dengan tata aturan.
Selain itu agama juga
mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan, banyak ayat-ayat kauniyah yang
menganjurkan umatnya untuk selalu belajar kapanpun dan dimanapun, atau dengan
istilah long life education sebagai motivasi agama untuk dunia pendidikan.
Misalnya wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw. adalah tentang
pendidikan, yaitu bagaimana kita membaca perkembangan diri sendiri, orang lain
bahkan dunia dengan pengetahuan yang berorientasi agama (ketuhanan). Oleh sebab
itu pendidikan agama (Islam) akan memberi “imunisasi” pada jiwa seseorang untuk
selalu berada dalam jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama itu sendiri,
yang selalu mengajarkan kebenaran hakiki pada setiap aktifitas pemeluknya.
Pendidikan agama pada
dunia pendidikan merupakan modal dasar bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai
ketuhanan, karena dalam pendidikan agama (Islam) diberikan ajaran tentang
muamalah, ibadah dan syari’ah yang merupakan dasar ajaran agama. Hal inilah
yang menjadikan pendidikan agama sebagai titik awal perkembangan nilai-nilai
agama pada anak.
Sebagai contoh, Allah SWT.
menganjurkan umatnya untuk bershadaqah, dengan shadaqah anak didik diharapkan
peduli dengan masyarakat sekitar yang membutuhkan uluran tangah/bantuan.
Shadaqah ini mengajarkan nilai-nilai sosial (muamalah) dalam
berinteraksi di masyarakat. Dengan shadaqah seorang anak didik akan merasakan
bahwa “saling membutuhkan” pada setiap orang adalah ciri dari kehidupan. Ini
merupakan contoh kecil dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Dari contoh di atas
mengajarkan “simbiosis mutualisme” dalam kehidupan yang menjadikan suatu
bukti bahwa betapa pentingnya nilai-nilai agama diajarkan kepada anak, dimana
dalam dunia pendidikan dicakup dalam satu bidang garapan yaitu pendidikan
agama. Pendidikan agama dalam kehidupan tidaklah sepenuhnya menjadi tanggung
jawab guru di sekolah, melainkan juga orang tua sebagai contoh nyata dalam
kehidupan anak. Bagaimana mungkin anak akan menjadi baik, jika orang tuanya
hidup dalam ketidakbaikan. Oleh karena itu pendidikan agama harus ditanamkan
kepada anak dimanapun ia berada, baik formal maupun non formal.
Secara teoritis
seharusnya pendidikan agama dapat membentuk kepribadian anak, hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan agama yang endingnya iman dan taqwa kepada Allah Swt.
Jika seseorang sudah beriman dan bertaqwa dengan sebenar-benarnya, maka segala
perbuatannya akan mencerminkan nilai-nilai agama, menjalankan segala yang
diperintah dan meninggalkan semua yang dilarang. Seiring dengan itu maka
moral/etika pun akan tercermin di dalamnya. Bagaimana mungkin seseorang yang
beriman dan bertaqwa misalnya, menggunakan narkoba atau hal-hal lain yang
dilarang agama. Hal ini menjadi bukti bahwa jika seorang anak telah tertanam
dalam dirinya nilai-nilai agama yang kuat, maka sudah dapat dipastikan
moral/etika pada orang tersebut akan terbentuk dengan sendirinya, mengikuti
irama iman dan kualitas taqwa yang ada padanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu
pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan Agama, dan pendidikan agama
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan moral anak didik. Oleh karena itu
orang tua/pendidik haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pendidikan agama hendaklah diberikan
kepada anak sedini mungkin, ajarilah dari hal-hal yang kecil sesuai dengan
tuntunan agama.
2. Pelajaran pendidikan agama bukan
merupakan science semata, melainkan ilmu amaliah tercakup di dalamnya.
3. Anak cenderung
mengikuti apa yang dilihatnya dari orang dewasa oleh karena itu hendaknya
orang-orang tua membiasakan berprilaku keseharian dengan akhlakul karimah, baik
perkataan maupun perbuatan.
Demikianlah , semoga apa
yang menjadi tujuan pendidikan dapat tercapai dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Wallahul musta’an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar